Upacara tradisional Jawa Tedhak Siti atau Tedhak Siten, adalah upacara yang dilakukan oleh masyarakat Jawa pada saat anak yang memasuki usia 7 bulan dan mau mulai menginjakkan kaki untuk ditetah (dituntun belajar berjalan).
Menurut Prof. DR. Koentjaraningrat dalam bukunyaKebudayaan Jawa , bahwa upacara Tedhak Siten atau Upacara Menyentuh Tanah ini dianggap upacara yang paling penting oleh masyarakat Jawa di desa maupun di kota, upacara ini selalu diadakan pada pagi hari dengan menggunakan berbagai benda, yaitu kurungan ayam, sebuah tampah dengan nasi kuning dan beberapa mata uang, tujuh buah tampah yang masing2 berisi juadah dengan 7 (tujuh) warna, dan ditata urut menuju ke sebuah tangga yang terbuat dari tebu,dan masih ada beberapa perlengkapan berupa alat2 permainan yang nantinya akan dipilih oleh anak yang tedhak siten.
Upacara ini biasanya diperingati dengan menghadirkan keluarga dan tetangga kanan kiri, baik itu anak2 kecil maupun orang dewasa, untuk ikut menyaksikan kesempatan pertama anak tersebut pertama kali menyentuh tanah dan memilih alat permainan yang sudah disiapkan didlam kurungan, sebagai tanda tentang profesi yang nantinya akan digeluti anak, dari benda yang dipilih.
Tapi ini sebenarnya hanya merupakan suatu do'a atau pengharapan kepada anakk tersebut, agar dia kelak menjadi orang yang berguna dan sukses dalam hidupnya, sebagaimana profesi yang akan dijalani nanti.
Prosesi upacara itu diawali dengan si anak yang digendong oleh neneknya kemudian dimasukkan ke dalam kurungan, untuk memilih mainan yang ada, sebagai perlambang kesuksessan hidupnya kelak, kemudian setelah itu anak akan dibimbing untuk menginjakkan kakinya pada juadah tujuh rupa, yang merupakan perlambang bahwa dia kelak akan menjalani kehidupan di dunia yang peuh dengan warna kehidupan, ada sedih, gembira, kecewa, puas dan berbagai rasa dalam hidup ini, dan diharapkan si anak sudah siap untuk menghadapi semua itu serta menyikapinya nanti.
Nah setelah itu anak tersebut akan dibawa menuju tangga yang terbuat dari tebu, sebagai gambaran bahwa dia akan naik terus jenjang kehidupannya sampai tangga yang tertinggi, kemudian anak tersebut akan dicuci kakinya oleh neneknya dengan air yang penuh dengan bunga setaman, supaya harum mewangi namanya dan kehidupannya.
Dan ritual terakhir yang dilakukan adalah membawa anak tersebut menginjakkan kakinya yang pertama di tanah, sebagi pertanda dia mulai menjalani kehidupan dengan langkah pertamanya pada hari itu.
Upacara Tedhak Siten ini, sebenarnya hanyalah gambaran dari sebuah pengharapan dan do'a kepada Allah Yang Maha Kuasa, agar anak tersebut kelak menjadi anak yang berhasil yang mampu mengarungi kehidupan ini berbekal do'a restu dari orang tuanya. Ini sebuah tradisi...yang telah dilakukan turun temurun oleh nenek moyang kita....itu saja....tetapi diwujudkan dalam sebuah rentetan ritual yang indah dilihat dan dinikmati.
Ada sementara orang yang beranggapan itu sebuah kemusyrikan.....lalu dimana letak musyriknya ?tidak ada pemujaan terhadap suatu benda sehingga layaknya kita memuja Allah....semua benda yang digunkan didalam upacara tersebut hanya merupakan sebuah pengeja wantahan dari sebuah do'a dan harapan, dan untuk sebuah performance upacara ini sangat menarik untukdisaksikan apalagi oleh wisatawan manca negara, yang dinegaanya sana upacara seperti ini tidak ada yang menyelenggarakan.
Tapi jangan heran....di Jawa ini upacara seperti ini sudah jarang yang menyelenggarakan, tetapi untuk sebuah kota di Suriname, konon kabarnya malah masih wajib menyelenggarkan upacara seperti ini, mereka masih melestarikan berbagai upacara yang ada di pulau Jawa ini dngan tertib
Jadi tak ada alasan bagi kita dipulau Jawa ini untuk tidak melaksnakan upacara2 seperti ini dalam kehibupan se hari2, sebagai upaya melestarikan kebudayaan Jawa yang adiluhung ini, dan sekali gus sebaai upaya menarik kedatangan wisatawan manca negara ke Indonesia ini.
Dan pada Juli 2011, dalam rangka Gelar Buku, yang merupakan agenda rutin dari Perpustakaan Kabupaten Batang, kami telah menggelar upacara tersebut sebagai suatu upaya ikut serta melestarikan dan menggali kembali kebudayaan Jawa yang adiluhung, sebagai asset yang tak ternilai, mudah2an tayangan gambar dan tulisn ini, mampu memberikan inspirasi bagi masyarakat Indonesa.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar