Jumat, 24 Februari 2012

PELETAKAN BATU PERTAMA MENTALKU DALAM BEKERJA

Saat itu tahun 1985 ketika saya masih bekerja di swasta, tiba2 mendapat panggilan untuk datang ke Pemerintah Daerah Kotamadya Surakarta dan ternyata saya diterima sebagai PNS dan ditempatkan di Dinas Pariwisata Kodya Dati II Surakarta.
Alhamdulillah....itulah yang terucap dari bibirku, akhirnya do'aku untuk bisa bekerja di Lembaga Pemerintah terkabul, ini juga harapan Ibunda tercinta, beliau ingin putra2nya mempunyai penghasilan tetap....duh sederhana sekali keinginan beliau.
Akhirnya tanggal 7 Oktober 1985 saya mulai berkantor sebagai PNS di DIPARDA DATI II SURAKARTA (Nomenklaturnya saat itu seperti itu), dan saya masuk ber sama2 dengan beberapa teman yang semuanya sarjana, lulusan UNS, sebuah Universitas Negeri di Solo.
Saat itu seorang dengan titel Doktoranda/doktorandus masih sangat langka dan merupakan suatu kemewahan, karena pegawai di Diparda saat itu belum satupun yang mempunyai gelar sarjana,kecuali bapak kepalanya, Drs. Soebadya.
Alhasil, kami seperti Kopasandanya tentara saat itu, menjadi tim inti dalam setiap kegiatan yang diselenggarakan oleh Diparda , tentu saja kondisi itu menimbulkan rasa iri pegawai yang sudah lebih lama ada.
Namun apa mau dikata, pimpinan kami saat itu selalu puas dengan hasil kera tim kami, karena mungkin kami memang sedang semangat2nya bekerja, masih idealis dan mungkin ya memang mampu menuntaskan setiap tugas yang dibebankan kepada kami.
Tapi Alhamdulillah, kami tidak pernah menyombongkan diri, dihadapan pegawai yang lebih senior kami tetap hormat sama mereka, meskipun tetap ada yang merasa tersaingi dengan kehadiran kami.
Namun yang pasti, saat itu Solo sedang gegap gempita memajukan kepariwisataan, sehingga pak Kepala Dinas boleh dikata mengajak 'lari' didalam bekerja dan beliau semangat sekali dengan tim kami yang 'anak2 baru' masih gres dari kampus, dan belum terkena virus 'mata duitan'.
Bagi kami saat itu diperintah mengerjakan apapun tidak pernah menanyakan honor, tidak pernah menunda pekerjaan, karena tugas selalu susul menyusul, jadi kalau ditunda akan bingung sendiri nantinya, perintah hari itu ya harus selesai hari itu, bahkan pak Kadis malah selalu memerintah pagi dan harus sudah dimeja beliau jam 13.00
Hari liburpun kami selalu di kantor, karena memang kepariwisataan sedang digalakkan, berbagai event digelar di Solo, bahkan event2 Nasional bahkan Internasional, dan yang namanya memberikan pelayanan kepada para pelancong ya kebanyakan memang hari libur, jadilah kami tak pernah punya hari libur.
Yang kami herankan, kami bekerja sangat enjoy sangat menikmati, tidak pernah mengeluh meski capek, karena keletihan kami akan terbayar lunas ketika melihat event yang kami gelar dapat terselenggara dengan sukses.
Saat itu Dirjen Pariwisata adalah Bapak Yoop Ave, beliau sering sekali datang ke kantor kami untuk mengawal acara2 Menteri yang diselenggarakan di Solo.
Saat itu kami sering menerima rombongan peserta Midden Java Reuni, sampai2 kami masing2 mempunyai 'nenek/kakek' peserta MJV yang menjadi langganan kami, ya...kami wajib mendampingi tamu2 dari Belanda, Suriname. Mereka adalah orang2 Jawa yang telah hidup di Suriname sejak kurang lebih 60 tahun lalu, atau orang2 Belanda yang pernah hidup di Indonesia puluhan tahun,sehingga Indonesia sudah menjadi tanah airnya yang ke 2.
Jadi kami mendampingi turis tetapi nuansanya Jawa sekali, karena mereka hafal dan sangat mengenal tempat2 di Solo dan sekitarnya serta segala macam makanan maupun kesenian Jawa.
Kami semua saat itu akrab sekali dengan salah satu peserta langganan yang bernama pak Pingun, kami semua memanggilnya papi Pingun, bahkan konon setelah papi Pingun meninggal dunia, putri2nya masih sering datang ke Solo dan tetap menjalin silaturahim dengan salah satu teman kami pegawai Diparda juga, bahkan mengundangnya datang ke Suriname.
Event lainnya yang pernah kami selenggarakan adalah menerima rombongan pelancong yang merupakan penumpang Kapal Pesiar Golden Odessay dengan awak kapal yang ganteng2, mereka (kalau tidak salah) dari Spanyol...dan kamipun berebutan untuk mendampingi mereka menikmati panorama dan sajian kebudayaan Jawa.
Dan tak terhitung yang merupakan event Nasional, seminar2 Nasional dengan pembicara Menteri sudah biasa menjadi langganan kami untuk menyelenggarakan, jadi kami terbiasa bekerja super sibuk tapi sitematis.
Bagaimana mengelola penginapan bagi peserta se Indonesia yang jumlahnya ribuan, bagaimana menyusun acara2nya, kemana mereka akan kita bawa 'seight seeing" kemana mereka akan kita kuras dolarnya untuk shooping cinderamata dan berbagai kuliner yang lezat2 itu....semua menjadi pekerjaan rutin kami, dan semua selalu beres......
Untuk kegiatan yang sudah tertera didalam Calender of event kami, sudah pasti lebih tertata, karena itu memang kegiatan yang selalu berulang tiap tahun, dengan berbagai kreativitas dan inovasi2 baru sehingga tidak monotoon.
Cuti.....???wah kami tak pernah memikirkan cuti yang sebenarnya merupakan hak kami sebagai PNS, karena memang tidak ada waktu yang memungkinkan kami cuti dan kami tidak pernah protes, sense of belonging kami terhadap Pariwisata benar2 sangat tinggi
Idealis ? ya... kami memang sangat idealis, pernah kami membangun suatu kawasan kuliner yang kami namakan Pujasera, juga kawasan pedagang buku2 bekas yang sangat terkenal di Solo, kami  kemudian ditugasi membagi dan menjual 'kios2'nya kepada masyarakat.
Hal seperti itu bagi sebagian pegawai merupkan 'lahan' yang sangat empuk untuk mencari uang, dengan 'kenakalan' mereka, kios2 itu mereka beli sendiri untuk nantinya diual dengan harga yang lebih tinggi
Dan kami tidak melakukan hal2 seperti itu.  kami membagi dan menjual kepada mereka yang memang berhak dan memenuhi kriteria untuk boleh membeli, tanpa memungut uang apapun kecuali harga yang memang harus dibayar oleh mereka.
Beberapa pegawai senior ada yang mengatakan kami bodoh, kesempatan mendapatkan uang banyak koq tidak mau.....dan Alhamdulillah kami tidak tergiur sedikitpun,juga ada yang datang membawa 'baju hijau'pun kami sedikitpun tak gentar.
Duh rasanya kami puas mampu melaksanakan tugas yang dibebankan kepada kami dengan baik,benar dan tepat waktu.
Kami baru menyadari bahwa apa yang kami lakukan selama ini dalam pelaksanaan tugas, adalah merupakan gemblengan yang sangat keras dari seorang Kepala Dinas yaitu Bapak Drs Soebadya, beliau benar2 seorang pimpinan yang mampu mendidik kami menjadi pegawai yang tangguh dan disiplin dalam melaksanakan tugas.
Kami tak pernah mengeluh, kami selalu semangat dalam bertugas, tak pernah terpikir honorku berapa ya kalau melakukan tugas itu?dan kami terbiasa bekerja maraton bekerja serba cepat dan tepat.
Lebih2 setelah kami pindah ke berbagai instansi, bahkan saya pindah kedaerah lain, kami merasa sangat enteng melaksanakannya, karena pekerjaan yang kemudian tidak sesibuk dan sekeras ketika kami dibawah kepemimpinan beliau.
Tanpa kami sadari kami menitikkan air mata ketika mengenang beliau, ya..... saat ini beliau memang sudah mendahului kita, namun apa yang beliau tanamkan disanubari kami tidak akan pernah hilang.
Sampai2 kami yang pernah merasa dididik oleh beliau saat di Diparda Dati II Surakarta, setiap tahun selalu mengadakan reuni, ya semacam temu kangen dengan teman2 yang dahulu selalu melaksanakan tugas dibawah kepemipinan beliau...dengan nama KELUARGA BESAR DIPARDA DATI II SURAKARTA.
 

Sabtu, 04 Februari 2012

STOOP MACARONI

Stoop macaroni....hmm sedaapp, makanan yang sangat mudah membuatnya, lezat rasanya dan makanan bergizi sekaligus makanan yang siap meningkatkan kadar kolesterol.
Yah betul makanan ini  menggunakan, susu, mentega, keju dan telur untuk memasaknya,sehingga bagi yang sudah tinggi kadar kolesterol tentu saya tidak menganjurkan untuk mengkonsumsinya.
Saya mengenal masakan ini, sejak saya masih kecil, karena ibunda tercinta selalu menyuguhkan makanan ini dalam setiap kesempatan istimewa, misal ada anggota keluarga yang ulang tahun atau Lebaran makanan ini tidak pernah ketinggalan .

Makanan yang berbahan utama macaroni, dengan campuran daging lidah sapi atau ayam, susu, mentega, keju, yang di lengkapi denga bumbu, merica, pala dan bawang bombay, menurut ibu adalah makanan 'wong Londo'.
Saya kurang tahu, aslinya makanan ini apa memang benar2 berasal dari Belanda atau asli makanan Indonesia, yang saya tahu makanan ini adalah makanan kesukaan keluarga besar kami.
Setiap kali memasak makanan ini, pikiran saya sambil menerawang jauh ke  masa silam,ketika kami masih di tengah2 Bapak dan Ibu, disebuah rumah sederhana di kota Solo.
Ketika bangun tidur dan bau harum makanan ini yang sedang dimasak Ibu, maka kami langsung ingat.....hmm hari ini ada ynag ulang tahun, yah...karena makanan ini hanya akan terhidang dimeja makan ketika ada yang ulang tahun.
Bagi keluarga kami saat itu stoop macaroni adalah makanan yang cukup mewah, karena disana ada daging lidah sapi yang cukup mahal,dan kelengkapannya yang bukan konsumsi se hari2.

Juga pada saat hari Raya, Ibu selalu memasak stoop macaroni sebagai makanan hantaran didampingi selad Solo, yaitu selad bestik...dan dengan bangganya kami selalu membawa makanan ini ke rumah2 tetangga satu RT,kebiasaan kami selalu tukar menukar makanan, jadi semacam ajang pamer masakan.
Namun kebiasaan itu menjadi satu acara yang sangat kami tunggu2, karena masing2 keluarga punya ciri khas masing2 yang tidak pernah berubah tiap tahun.
Misalnya saja keluarga Etek Haziar yang orang Padang itu pasti akan memasak Lemang Tape yang lezat itu, kemudian keluarga kami selalu stoop macaroni dan selad bestik, keluarga bu Tarno pasti ada manisan blimbing wuluh, karena halaman rumahnya penuh dengan buah belimbing yang sangat asem ini.
Kebiasaan saling hantar makanan ketika Lebaran akan membuat hubungan silaturahim kami kian erat dan akrab, semua itu dilakukan setelah kuwajiban membayar zakat fitrah pada malam takbiran, jadi kami berkeliling mengantar makanan itu sambil takbiran, duh indahnya......

Dan ternyata setelah saya dewasa, makanan itu bukan hanya makanan kegemaran keluarga besar kami, tetapi itu adalah makanan istimewa bagi warga masyarakat Surakarta Hadiningrat alias Solo.
Dalam penyajian hidangan perhelatan pengantin, pasangan makanan selad bestik dan stoop macaroni akan hadir menggantkan sup dan nasi, jadi ketika makanan pembuka yang keluar selad bestik, maka bisa dipastikan makanan beratnya adalah stoop macaroni.
O iya saya lupa, kalau di Solo menghandiri undangan pengantin, kita akan di dudukkan dalam kursi yang sudah ditata rapi, ber hadapan, kemudian kita akan dilayani makan Dari minum teh hangat dan kudapan,disusul makanan pembuka,kemudian makanan berat serta pencuci mulut, dengan urut akan datang kemeja kita diantar oleh sekelompok 'sinoman' yang berpakaian kebaya dan beskap landung.
Tentu sambil menyaksikan upacara pengantin dari 'panggih' yaitu bertemunya mempelai laki2 dan perempuan kemudian disandingkan,disusul upacara2 yang lain seta kita juga akan disuguhi tarian Jawa yang luwes itu.

Kembali pada stoop macaroni, makanan itu sampai sekarang menjadi makanan kegemaran keluaraku, meski kami tak lagi tinggal di Solo, makanan itu selalu terhidang di kesempatan2 tertentu.Hanya saja sekarang saya akan memasak kapan saja kami kangen dengan masakan itu, tidak harus menunggu ada yang ulang tahun atau lebaran.
Tapi ada kejadian lucu saat saya pertama kali membawa masakan itu ke kantor sekitar  tahun 90 an,dengan bangganya saya bawa masakan itu sepanci besar penuh, dengan bayangan teman2 saya akan dengan lahap menikmati masakan istimewa saya tersebut.
Tapi betapa masygulnya saya, ketika hampir semua teman2 saya waktu itu tidak doyan makanan tersebut, mereka sudah merasa 'eneg' membayangkan makanan yang dicampur susu, mentega,keju,telur..., kemudian melihat ujudnya yang seperti bubur mereka tidak doyan.
Ada memang beberapa teman  yang mau menikmati dan akhirnya mereka ini juga menjadikan makanan ini sebagai makanan istimewa dikeluarga mereka.
Saya baru sadar bahwa makanan di tiap2 daerah ber beda2 dan makanan yang menjadi istimewa di Solo ternyata di daerah lain belum tentu disenangi, saya yang baru kali itu hidup diluar kota Solo baru menyadari itu, akhirnya kubawa pulang makanan sepanci penuh itu.

Tapi saat ini  sudah banyak tetangga kanann kiriku, juga teman2 di kantor, yang sangat menyukai masakan itu, bahkan kadang ada teman2 di kantor saya yang lama selalu menanyakan dan merindukan masakan stoop macaroni itu.
Untuk asal muasal makanan itu...ah entahlah,mungkin jaman Indonsia dijajah Belanda, makanan itu diperkenalkan orang Belanda di Indonesia, atau itu aslinya makanan Indonesia yang sdikit terpengaruh dari masakan Belanda.
Ah masa bodoh dengan asal makanan itu, yang penting .....hmmm lezattttt......