Selasa, 03 Mei 2011

LANGKAH KECILKU

Aku terkesiap menampak sebuah pemandangan yang teramat sangat memuakkan, di layar televisi, di halaman depan surat kabar, rapat yang dilakukan oleh orang2 berpendidikan dan terhormat, diselesaikan dengan adu jotos, bahkan arena rapat itu berubah menjadi ring tinju, meski tanpa sarung tangan...anak2 sekolahpun, yang mestinya mereka bisa bersikap santun juga menyelesaikan masalahnya dengan berantem, tawur...bahkan hanya karena berebut pacarpun dua orang gadis mencari penyelesaian dengan berkelahi, gulat dan justru disupporteri oleh kawan2nya bahkan dishooting....masya Allah.....
Berawal dari kejadian2 itu aku sempat merenung, apa yang menyebabkan bangsaku menjadi liar seperti itu, padahal bangsa ini termasyhur dengan julukan bangsa yang ramah, santun berbudi bahasa yang halus...ya Allah, apa yang menjadikan mereka seperti itu...???

Hmmm...pendidikan budi pekerti tak lagi menyentuh kehidupan mereka, aku jadi teringat ketika itu...50 tahun lalu...kami anak2 kecil, akan berlari keluar rumah, apa bila bulan bersinar terang menyinari kegelapan malam, dan kami akan bermain dengan teman2 kecilku, seakan ada ynag memberi komando, anak2 akan keluar rumah dan berkumpul  untuk menikmati sinar rembulan.

Banyak sekali macam macam permainan kami kala itu, ada Soyang, ada Jamuran, ada Gobag Sodor, dan banyak lagi.....kami benar2 bahagia saat itu, kami bisa tertawa, bernyanyi bersama, tak ada permusuhan, tak ada kekerasan, semua kami lakukan dengan riang, rukun dan tertib, masing2 akan patuh pada aturan main dari setiap permainan, meski tidak ada yang mengawasi.

kami tak tahu, siapa ya yang awalnya menciptakan permainan2 itu, tapi yang jelas pada setiap permainan ada pesan moral yang disampaikan dan tertanam dalam lubuk sanubari kami, sebagai suatu memory yang indah.
Misalnya permainan dakon, yang menggunakan kecik (isi buah sawo ), kami belajar sabar, telaten , disiplin dan menghargai teman yang sedang berperan (main).
Juga permainan yang lain, mengajarkan bahwa kita harus gotong royong, rukun, dan kerja sama yang baik, yang semua itu akan menghantarkan pada keberhasilan memenangkan permainan itu.

Dan akupun terhenyak, iya ya...mengapa permainan anak jaman kecilku itu, kini tak lagi pernah dimainkan anak2 ya..? situasi dan kondisi memang berbeda, tapi kupikir tak ada jeleknya permainan yang penuh falsafah kehidupan itu dimainkan lagi oleh anak.anak, supaya pendidikan moral melalui permainan anak2 tersebut kembali ikut serta membentuk watak dan karakter bangsa ini.
Okey...aku akan memulainya, meski aku sadar, aku tak punya kekuatan apapun untuk mempengaruhi masyarakat melakukan apa yang kuinginkan, aku tak punya apa2 apalagi sarana dan prasarana apapun untuk melakukan itu.
Tapi aku yaqin, aku punya niat baik, hanya itu yang kumiliki, dan akupun bertekad tuk melangkah, meski aku tahu  langkah itu sangat kecil, sehingga aku tahu tak akan terdengar oleh siapapun, dan tak akan terlihat oleh siapapun..., tapi tekadku bulat sudah, kalau bukan sekarang kapan lagi aku bisa melakukan, kemudian siapa yang mau melakukan kalau bukan kita ?
Sudahlah...aku mantap untuk melakukan festival dolanan anak, supaya budaya yang telah terkubur itu, muncul lagi, dimainkan lagi oleh anak2, aku ingin meski peran itu sangat kecil, tapi aku ikut serta ambil peran dalam membentuk watak dan kepribadian anak bangsa ini, menjadi bangsa yang luhur budi bahasanya, lembut tutut katanya.
Dan....aku sempat menitikkan air mata, ketika niatku itu mendapat sambutan yang sangat luar biasa dari teman2 sejawatku, dari masyarakat...., ternyata masih banyak yang menginginkan permainan itu kembali dijadikan alat membentuk watak bangsa.
Apalagi, ketika permainan itu benar2 terwujud dimainkan oleh anak2 dari seantero kabupaten, dalam festival yang kami gelar, aku benar2 tak kuasa lagi menahan titik air mata haru.

Terbukti sudah, niat kami yang baik,, akan mendapatkan kemudahan dari Allah swt, semuanya rasanya jadi begitu mudah, dan terealisir sudah festival kami gelar, dan yang membuatku bangga sekaligus terharu, sambutan masyarakat, yang nota bene adalah para pendidik itu, sangat luar biasa.
Tentu tak hanya itu yang akan kami lakukan, kami akan terus berjuang membawa masuk permainan itu kedalam dunia pendidikan, menjadikannya muatan lokal, yang akan selalu dimainkan anak2 tersebut.
Langkah kami memang masih jauh, tapi kami harus memulainya.

Kami berharap, apa yang kami lakukan ini kelak ketka kami mungkin sdh tidak berada didunia ini, sudah berhasil membentuk jiwa anak bangsa menjadi bangsa yang berbudi bahasa yang luhur, santun dan terpuji, .

Mudah2an langkah kecilku ini mampu memberikan manfaat dalam membentuk karakter bangsa ini dan semoga disamping anak2 harus menguasai teknologi, mereka harus menjadi pribadi yang santun.***.



                                                                                                            Awal Mei 2011
                                                                                                                jeng tuti   

Tidak ada komentar:

Posting Komentar