Jumat, 24 Februari 2012

PELETAKAN BATU PERTAMA MENTALKU DALAM BEKERJA

Saat itu tahun 1985 ketika saya masih bekerja di swasta, tiba2 mendapat panggilan untuk datang ke Pemerintah Daerah Kotamadya Surakarta dan ternyata saya diterima sebagai PNS dan ditempatkan di Dinas Pariwisata Kodya Dati II Surakarta.
Alhamdulillah....itulah yang terucap dari bibirku, akhirnya do'aku untuk bisa bekerja di Lembaga Pemerintah terkabul, ini juga harapan Ibunda tercinta, beliau ingin putra2nya mempunyai penghasilan tetap....duh sederhana sekali keinginan beliau.
Akhirnya tanggal 7 Oktober 1985 saya mulai berkantor sebagai PNS di DIPARDA DATI II SURAKARTA (Nomenklaturnya saat itu seperti itu), dan saya masuk ber sama2 dengan beberapa teman yang semuanya sarjana, lulusan UNS, sebuah Universitas Negeri di Solo.
Saat itu seorang dengan titel Doktoranda/doktorandus masih sangat langka dan merupakan suatu kemewahan, karena pegawai di Diparda saat itu belum satupun yang mempunyai gelar sarjana,kecuali bapak kepalanya, Drs. Soebadya.
Alhasil, kami seperti Kopasandanya tentara saat itu, menjadi tim inti dalam setiap kegiatan yang diselenggarakan oleh Diparda , tentu saja kondisi itu menimbulkan rasa iri pegawai yang sudah lebih lama ada.
Namun apa mau dikata, pimpinan kami saat itu selalu puas dengan hasil kera tim kami, karena mungkin kami memang sedang semangat2nya bekerja, masih idealis dan mungkin ya memang mampu menuntaskan setiap tugas yang dibebankan kepada kami.
Tapi Alhamdulillah, kami tidak pernah menyombongkan diri, dihadapan pegawai yang lebih senior kami tetap hormat sama mereka, meskipun tetap ada yang merasa tersaingi dengan kehadiran kami.
Namun yang pasti, saat itu Solo sedang gegap gempita memajukan kepariwisataan, sehingga pak Kepala Dinas boleh dikata mengajak 'lari' didalam bekerja dan beliau semangat sekali dengan tim kami yang 'anak2 baru' masih gres dari kampus, dan belum terkena virus 'mata duitan'.
Bagi kami saat itu diperintah mengerjakan apapun tidak pernah menanyakan honor, tidak pernah menunda pekerjaan, karena tugas selalu susul menyusul, jadi kalau ditunda akan bingung sendiri nantinya, perintah hari itu ya harus selesai hari itu, bahkan pak Kadis malah selalu memerintah pagi dan harus sudah dimeja beliau jam 13.00
Hari liburpun kami selalu di kantor, karena memang kepariwisataan sedang digalakkan, berbagai event digelar di Solo, bahkan event2 Nasional bahkan Internasional, dan yang namanya memberikan pelayanan kepada para pelancong ya kebanyakan memang hari libur, jadilah kami tak pernah punya hari libur.
Yang kami herankan, kami bekerja sangat enjoy sangat menikmati, tidak pernah mengeluh meski capek, karena keletihan kami akan terbayar lunas ketika melihat event yang kami gelar dapat terselenggara dengan sukses.
Saat itu Dirjen Pariwisata adalah Bapak Yoop Ave, beliau sering sekali datang ke kantor kami untuk mengawal acara2 Menteri yang diselenggarakan di Solo.
Saat itu kami sering menerima rombongan peserta Midden Java Reuni, sampai2 kami masing2 mempunyai 'nenek/kakek' peserta MJV yang menjadi langganan kami, ya...kami wajib mendampingi tamu2 dari Belanda, Suriname. Mereka adalah orang2 Jawa yang telah hidup di Suriname sejak kurang lebih 60 tahun lalu, atau orang2 Belanda yang pernah hidup di Indonesia puluhan tahun,sehingga Indonesia sudah menjadi tanah airnya yang ke 2.
Jadi kami mendampingi turis tetapi nuansanya Jawa sekali, karena mereka hafal dan sangat mengenal tempat2 di Solo dan sekitarnya serta segala macam makanan maupun kesenian Jawa.
Kami semua saat itu akrab sekali dengan salah satu peserta langganan yang bernama pak Pingun, kami semua memanggilnya papi Pingun, bahkan konon setelah papi Pingun meninggal dunia, putri2nya masih sering datang ke Solo dan tetap menjalin silaturahim dengan salah satu teman kami pegawai Diparda juga, bahkan mengundangnya datang ke Suriname.
Event lainnya yang pernah kami selenggarakan adalah menerima rombongan pelancong yang merupakan penumpang Kapal Pesiar Golden Odessay dengan awak kapal yang ganteng2, mereka (kalau tidak salah) dari Spanyol...dan kamipun berebutan untuk mendampingi mereka menikmati panorama dan sajian kebudayaan Jawa.
Dan tak terhitung yang merupakan event Nasional, seminar2 Nasional dengan pembicara Menteri sudah biasa menjadi langganan kami untuk menyelenggarakan, jadi kami terbiasa bekerja super sibuk tapi sitematis.
Bagaimana mengelola penginapan bagi peserta se Indonesia yang jumlahnya ribuan, bagaimana menyusun acara2nya, kemana mereka akan kita bawa 'seight seeing" kemana mereka akan kita kuras dolarnya untuk shooping cinderamata dan berbagai kuliner yang lezat2 itu....semua menjadi pekerjaan rutin kami, dan semua selalu beres......
Untuk kegiatan yang sudah tertera didalam Calender of event kami, sudah pasti lebih tertata, karena itu memang kegiatan yang selalu berulang tiap tahun, dengan berbagai kreativitas dan inovasi2 baru sehingga tidak monotoon.
Cuti.....???wah kami tak pernah memikirkan cuti yang sebenarnya merupakan hak kami sebagai PNS, karena memang tidak ada waktu yang memungkinkan kami cuti dan kami tidak pernah protes, sense of belonging kami terhadap Pariwisata benar2 sangat tinggi
Idealis ? ya... kami memang sangat idealis, pernah kami membangun suatu kawasan kuliner yang kami namakan Pujasera, juga kawasan pedagang buku2 bekas yang sangat terkenal di Solo, kami  kemudian ditugasi membagi dan menjual 'kios2'nya kepada masyarakat.
Hal seperti itu bagi sebagian pegawai merupkan 'lahan' yang sangat empuk untuk mencari uang, dengan 'kenakalan' mereka, kios2 itu mereka beli sendiri untuk nantinya diual dengan harga yang lebih tinggi
Dan kami tidak melakukan hal2 seperti itu.  kami membagi dan menjual kepada mereka yang memang berhak dan memenuhi kriteria untuk boleh membeli, tanpa memungut uang apapun kecuali harga yang memang harus dibayar oleh mereka.
Beberapa pegawai senior ada yang mengatakan kami bodoh, kesempatan mendapatkan uang banyak koq tidak mau.....dan Alhamdulillah kami tidak tergiur sedikitpun,juga ada yang datang membawa 'baju hijau'pun kami sedikitpun tak gentar.
Duh rasanya kami puas mampu melaksanakan tugas yang dibebankan kepada kami dengan baik,benar dan tepat waktu.
Kami baru menyadari bahwa apa yang kami lakukan selama ini dalam pelaksanaan tugas, adalah merupakan gemblengan yang sangat keras dari seorang Kepala Dinas yaitu Bapak Drs Soebadya, beliau benar2 seorang pimpinan yang mampu mendidik kami menjadi pegawai yang tangguh dan disiplin dalam melaksanakan tugas.
Kami tak pernah mengeluh, kami selalu semangat dalam bertugas, tak pernah terpikir honorku berapa ya kalau melakukan tugas itu?dan kami terbiasa bekerja maraton bekerja serba cepat dan tepat.
Lebih2 setelah kami pindah ke berbagai instansi, bahkan saya pindah kedaerah lain, kami merasa sangat enteng melaksanakannya, karena pekerjaan yang kemudian tidak sesibuk dan sekeras ketika kami dibawah kepemimpinan beliau.
Tanpa kami sadari kami menitikkan air mata ketika mengenang beliau, ya..... saat ini beliau memang sudah mendahului kita, namun apa yang beliau tanamkan disanubari kami tidak akan pernah hilang.
Sampai2 kami yang pernah merasa dididik oleh beliau saat di Diparda Dati II Surakarta, setiap tahun selalu mengadakan reuni, ya semacam temu kangen dengan teman2 yang dahulu selalu melaksanakan tugas dibawah kepemipinan beliau...dengan nama KELUARGA BESAR DIPARDA DATI II SURAKARTA.
 

Sabtu, 04 Februari 2012

STOOP MACARONI

Stoop macaroni....hmm sedaapp, makanan yang sangat mudah membuatnya, lezat rasanya dan makanan bergizi sekaligus makanan yang siap meningkatkan kadar kolesterol.
Yah betul makanan ini  menggunakan, susu, mentega, keju dan telur untuk memasaknya,sehingga bagi yang sudah tinggi kadar kolesterol tentu saya tidak menganjurkan untuk mengkonsumsinya.
Saya mengenal masakan ini, sejak saya masih kecil, karena ibunda tercinta selalu menyuguhkan makanan ini dalam setiap kesempatan istimewa, misal ada anggota keluarga yang ulang tahun atau Lebaran makanan ini tidak pernah ketinggalan .

Makanan yang berbahan utama macaroni, dengan campuran daging lidah sapi atau ayam, susu, mentega, keju, yang di lengkapi denga bumbu, merica, pala dan bawang bombay, menurut ibu adalah makanan 'wong Londo'.
Saya kurang tahu, aslinya makanan ini apa memang benar2 berasal dari Belanda atau asli makanan Indonesia, yang saya tahu makanan ini adalah makanan kesukaan keluarga besar kami.
Setiap kali memasak makanan ini, pikiran saya sambil menerawang jauh ke  masa silam,ketika kami masih di tengah2 Bapak dan Ibu, disebuah rumah sederhana di kota Solo.
Ketika bangun tidur dan bau harum makanan ini yang sedang dimasak Ibu, maka kami langsung ingat.....hmm hari ini ada ynag ulang tahun, yah...karena makanan ini hanya akan terhidang dimeja makan ketika ada yang ulang tahun.
Bagi keluarga kami saat itu stoop macaroni adalah makanan yang cukup mewah, karena disana ada daging lidah sapi yang cukup mahal,dan kelengkapannya yang bukan konsumsi se hari2.

Juga pada saat hari Raya, Ibu selalu memasak stoop macaroni sebagai makanan hantaran didampingi selad Solo, yaitu selad bestik...dan dengan bangganya kami selalu membawa makanan ini ke rumah2 tetangga satu RT,kebiasaan kami selalu tukar menukar makanan, jadi semacam ajang pamer masakan.
Namun kebiasaan itu menjadi satu acara yang sangat kami tunggu2, karena masing2 keluarga punya ciri khas masing2 yang tidak pernah berubah tiap tahun.
Misalnya saja keluarga Etek Haziar yang orang Padang itu pasti akan memasak Lemang Tape yang lezat itu, kemudian keluarga kami selalu stoop macaroni dan selad bestik, keluarga bu Tarno pasti ada manisan blimbing wuluh, karena halaman rumahnya penuh dengan buah belimbing yang sangat asem ini.
Kebiasaan saling hantar makanan ketika Lebaran akan membuat hubungan silaturahim kami kian erat dan akrab, semua itu dilakukan setelah kuwajiban membayar zakat fitrah pada malam takbiran, jadi kami berkeliling mengantar makanan itu sambil takbiran, duh indahnya......

Dan ternyata setelah saya dewasa, makanan itu bukan hanya makanan kegemaran keluarga besar kami, tetapi itu adalah makanan istimewa bagi warga masyarakat Surakarta Hadiningrat alias Solo.
Dalam penyajian hidangan perhelatan pengantin, pasangan makanan selad bestik dan stoop macaroni akan hadir menggantkan sup dan nasi, jadi ketika makanan pembuka yang keluar selad bestik, maka bisa dipastikan makanan beratnya adalah stoop macaroni.
O iya saya lupa, kalau di Solo menghandiri undangan pengantin, kita akan di dudukkan dalam kursi yang sudah ditata rapi, ber hadapan, kemudian kita akan dilayani makan Dari minum teh hangat dan kudapan,disusul makanan pembuka,kemudian makanan berat serta pencuci mulut, dengan urut akan datang kemeja kita diantar oleh sekelompok 'sinoman' yang berpakaian kebaya dan beskap landung.
Tentu sambil menyaksikan upacara pengantin dari 'panggih' yaitu bertemunya mempelai laki2 dan perempuan kemudian disandingkan,disusul upacara2 yang lain seta kita juga akan disuguhi tarian Jawa yang luwes itu.

Kembali pada stoop macaroni, makanan itu sampai sekarang menjadi makanan kegemaran keluaraku, meski kami tak lagi tinggal di Solo, makanan itu selalu terhidang di kesempatan2 tertentu.Hanya saja sekarang saya akan memasak kapan saja kami kangen dengan masakan itu, tidak harus menunggu ada yang ulang tahun atau lebaran.
Tapi ada kejadian lucu saat saya pertama kali membawa masakan itu ke kantor sekitar  tahun 90 an,dengan bangganya saya bawa masakan itu sepanci besar penuh, dengan bayangan teman2 saya akan dengan lahap menikmati masakan istimewa saya tersebut.
Tapi betapa masygulnya saya, ketika hampir semua teman2 saya waktu itu tidak doyan makanan tersebut, mereka sudah merasa 'eneg' membayangkan makanan yang dicampur susu, mentega,keju,telur..., kemudian melihat ujudnya yang seperti bubur mereka tidak doyan.
Ada memang beberapa teman  yang mau menikmati dan akhirnya mereka ini juga menjadikan makanan ini sebagai makanan istimewa dikeluarga mereka.
Saya baru sadar bahwa makanan di tiap2 daerah ber beda2 dan makanan yang menjadi istimewa di Solo ternyata di daerah lain belum tentu disenangi, saya yang baru kali itu hidup diluar kota Solo baru menyadari itu, akhirnya kubawa pulang makanan sepanci penuh itu.

Tapi saat ini  sudah banyak tetangga kanann kiriku, juga teman2 di kantor, yang sangat menyukai masakan itu, bahkan kadang ada teman2 di kantor saya yang lama selalu menanyakan dan merindukan masakan stoop macaroni itu.
Untuk asal muasal makanan itu...ah entahlah,mungkin jaman Indonsia dijajah Belanda, makanan itu diperkenalkan orang Belanda di Indonesia, atau itu aslinya makanan Indonesia yang sdikit terpengaruh dari masakan Belanda.
Ah masa bodoh dengan asal makanan itu, yang penting .....hmmm lezattttt......

Rabu, 04 Januari 2012

KEBUN TEH PAGILARAN

           Kebun teh di Pagilaran Batang ? ah masa iya.....sepertinya orang hanya tahu bahwa kebun teh berada di Puncak Jawa Barat, hhhhmmmm anda salah besar kalau beranggapan seperti itu.
Kalau anda sedang on the way di sepanjang pantura dan tiba di Kabupaten termuda di Jawa Tengah, yaitu Kabupaten Batang, maka segeralah anda berhenti dan membelokkan mobil ke arah selatan, melalui beberapa desa maka anda akan segera menjumpai hamparan kebun teh yang menghijau di Pagilaran, tepatnya terletak di desa Kalisari Kecamatan Blado Kabupaten Batang, kira2 perlu waktu 1 (satu) jam perjalanan dari Alun2 Batang kearah selatan.

           Sejauh mata memandang yang ada adalah hijaunya daun teh yang siap dipetik, dan segera akan kita temui villa2 mungil yang siap menyambut anda dan keluarga beristirahat dengan nyaman, karena fihak management Pagilaran akan segera memberikan pelayanan yang cukup memadai, dengan hidangan ala 'kampung' namun dijamin mak nyus.....
             Kebun Teh Pagilaran ini adalah kebun milik Universitas Gajah Mada Jogjakarta, untuk praktek calon2 ahli perkebunan dari Fakultas Pertanian.
Dan kebun teh yang luasnya ber hektar2 ini merupakan peninggalan Belanda, yang kemudian dikelola oleh UGM, namun kecuali untuk praktek mahasiswa UGM kebun teh Pagilaran ini juga memproduksi teh dan di export ke Eropa.
Kalau kita berjalan mengelilingi kebun teh tersebut, akan kita temukan bangunan pabrik yang masih aktiv berproduksi, bau teh yang khas akan segera tercium, dengan suara mesin yang men deru2, maka pucuk2 teh yang dipetik oleh para pemetik teh yang jumlahnya ratusan itu, akan segera kita lihat dilumatkan oleh alat2 besar untuk kemudian kelak menjadi teh yang sangat diminati oleh orang2 Eropa.

            Ketika kaki2 kita sudah letih mengelilingi hamparan teh itu, kita bisa istirahat di villa yang mungil, dengan fasilitas yang lengkap, namun sederhana, dan hidangan khas menu 'rumahan' akan segera dapat anda nikmati.
Sayur bobor dari pucuk2 daun jepan, yang lembut dengan aroma kencur, akan segera terhidang, lengkap dengan tahu/tempe bacem, ayam goreng dan sambel trasi serta lalapan yang segar, juga tentu tidak ketinggalan kita bisa mencicipi teh produksi Pagilaran yang hangat dengan berbagai kudapan ala kampung, singkong, pisang, kacang yang semuanya direbus, juga jagung.
Tentu menunya tidak hanya itu, anda akan bisa meminta dimasakkan apapun yng anda inginkan, oleh ibu2 pengelola cattering di Pagilaran itu.

            Arena out boundpun tersedia disana, jadi anda dengan keluarga dapat menikmati meluncur diatas kebun teh, kemudian berjalan melalui jembatan gantung yang panjang untuk kembali ke pos semula, indah sekali, kita bisa melihat hamparan daun teh dibawah kaki kita.
Malam hari apabila anda menginginkan bermalam disana, maka semuanya sudah tesedia, tanpa perlu menyalakan AC maka disetiap sudut ruangan akan dingin.....hmmm, selimut pasti menjadi favorit kita untuk membungkus tubuh kita yang menggigil kedinginan oleh cuaca di kebun teh.
Namun jangan khawatir, untuk menghangatkan suasana, orgen tunggal siap mengiringi anda dan keluarga untuk bernyanyi nyanyi, mendendangkan lagu2 kegemaran anda, mau keroncong ? pop ? campur sari atau lagu barat semuanya akan dilayani oleh player orgen yang trampil.

              Dan....ketika anda sudah memutuskan untuk menyudahi iburan anda di Kebun Teh Pagilaran, maka berbagai souvenir cantik juga sudah tersedia untuk anda pilih dengan mengeluarkan sedikit rupiah anda, termasuk teh yang kualitas exportpun bisa anda bawa sebagai bingkisan bagi handai taulan.
Nah....apa lagi yang anda tunggu ? cepat2lah siap2 merencanakan liburan bersama keluarga di kebun teh Pagilaran Kabupaten Batang Jawa Tengah, dijamin anda akan puas.






Berikut beberapa pemandangan di sekeliling kebun teh pagilaran :


Batang, 0040 tengah malam
tanggal 4 januari 2012.

Selasa, 03 Januari 2012

SEJATINYA PERSAHABATAN



Ketika malam semakin temaram dan sepi menyeruak hati, aku membuka buka album foto reuni, dan inilah salah satu foto yang membuat anganku malayang jauh ke masa lalu yang hampir 30 tahun lalu, ketika kami berempat selalu bersama menuntut  ilmu di UNS Sebelas Maret Surakarta.
Waktu itu tahun 1980 kami adalah gadis2 yang sedang semangat2nya untuk menata masa depan, dari berbagai kota asal kami, Yuli dari Lumajang Jawa Timur, Ismony dari Jakarta, Dwi dari Brebes dan aku sendiri Tuti dari Sala, berjumpa di Fsipol UNS dan kamipun merasa menemukan kecocokan.
Kami menamakan diri Empat Cewek Jajar he he he....itu adalah kampung dimana mereka bertiga kecuali aku, kost, yg letak kost2an disebelah rumahku, ya....jadilah kami kelompok cewek fisipol yang tak terpisahkan.Kemanapun pergi kami selalu bersama, kuliah, jalan2 bahkan pacaranpun kami selalu beramai ramai ha ha ha....lucu kalau mengenang saat itu, anehnya kalau ada satu orang yang putus yang lain akan berurutan putus dan ketika satu mendapat pacar yang lainpun segera mendapatkannya.
Ada banyak hal yang kalau mengenangnya aku selalu mau tertawa, salah satunya adalah kebiasaan di Sala saat itu kalau diundang ke pesta pernikahan, makanan diantar ketempat duduk undangan, sehingga setiap orang yang hadir akan mendapat 'jatah'  komplit yaitu teh dengan snacknya, kemudian disusul sup atau selada sebagai makanan pembuka kemudian sebagai makanan utamanya stoop macaroni atau nasi lengkap dengan lauknya dan ditutup dessertnya adalah es.
Mereka selalu ikut kalau aku yang asli Sala mendapat undangan, karena mereka yang anak kost itu akan mendapat asupan 'vitamin' sementara kalau mengandalkan uang kiriman mereka hanya akan mengkonsumsi makanan sederhana.
Aku membayangkan mereka dengan PEDEnya ikut menyalami pengantin dan duduk manis menanti hidangan yang 'mbanyu mili' (terus2an keluar) untuk mereka santap, padahal kenal juga enggak dengan pengantinnya, duh kalau ingat aku tertawa sendiri, gila juga mereka itu.
Ada lagi kegilaan yang mereka lakukan, pernah kami mau kuliah tidak ada kendaraan umum, tiba2 Is yang anak Jakarte, menyetop mobil, dan dia bilang yuk nebeng temanku, aku pikir memang teman dia, tapi setelah didalam mobil baru aku mengerti Is tidak kenal dengan pemilik mobil , aku yang anak 'kampung' ketakutan, eh si Is bilang ....tenang aja kita nebeng, di jakarta biasa kayak gini ha ha ha......gila bener mereka ya....
karena rumahku bersebelahan dengan kost mereka bertiga, mereka setiap hari selalu ke rumahku,sekedar minta teh hangat atau sekedar bercanda dengan Ibu dan adik2ku, kami jadi rasanya seperti memiliki keluarga besar.
Setelah lulus dari kuliah, satu demi satu mulai meninggalkan Sala, mencari kehidupan masing2, dan satu demi satu kami menikah, sibuk denga urusan masing2, kami cukup lama terpisah secara fisik, namun komunikasi kami tetap terjalin dengan baik, semua itu karena kami sedang sibuk2nya mengurus keluarga kecil kami dan karir kami yang menuntut konsentrasi.
Sampai suatu saat ada undangan reuni di Tawang Mangu, kami menanti nanti saat itu dengan penuh kebahagiaan, dan tibalah saat itu, kami berjumpa setelah hampir 30 tahun, kami menangis dan tertawa dalam pelukan sahabat2 lama.
Ada banyak hal yang lucu, kami yang sudah datang terlebih dahulu, duduk2 didepan tempat pertemuan ngobrol sambil mennggu rekan2 yang datang kemudian, ketika ada yang datang dari kejauhan kami sudah menjerit lari berpelukan, tapi setelah itu terucap tanya......aku sopo ? atau kowe sopo ?.....oalah....jadi kami sudah berpelukan sambil nangis ternyata lupa yang dipeluk itu siapa namanya ha ha ha ....lucu ya, jadi kami ingat itu anak Fisipol,teman kuliah kami tapi nama kami sering lupa, dan ketika menyebutkan nama, bukan nama asli yang mereka sebut tetapi nama panggilan kami saat itu.
Nama2 panggilan kami adalah nama yang sebagian diperoleh ketika mapram dulu, ada Paijo, Paimin, Kasdut, Poniman, Gareng, Goteng, Wedus, Ninong, dan sebagainya.....duh bahagianya kami bisa berjumpa lagi dengan teman2 kuliah yang kini sudah mulai menua, wajah dan usianya, tapi ketika berjumpa kami rasanya masih seperti saat kuliah.
Malam itu nyaris kami tidak ada yang tidur, karena kami terus ngobrol saling bertukar cerita, dan yang lebih membahagiakan kami ada beberapa dosen yang ikut hadir di tengah2 kami.
Seorang dosen kami Ibu Suprapti yang kebetulan dosen pembimbing skripsiku hadir, beliau menangis ketika melihat satu persatu mahasiswanya dulu pada berdatangan dan ketika kami tanyakan pada beliau mengapa menangis Bu ? beliau menjawab, sebagai 'guru' saya terharu dan bangga, mahasiswaku yang waktu kuliah juga ada yang bandel, ada yang bodoh meski ada juga yang rajin,pinter, tapi kini mereka pada datang dengan membawa 'atribut' keberhasilan mereka dalam karir, itulah kebahagiaanku sebagai guru.
Dan...pesta reunipun usai sudah, kami harus kembali ke tepat tugas masing2 dengan penuh kebahagiaan, dan khusus untuk Empat Cewek Jajar, rasanya kami tetap kompak sampai saat ini, kami semakin intens berkomunikasi, bahkan satu demi satu kami mulai ada yang mantu dan kami berempat berkumpul untuk menghantarkan anak2 kami memasuki mahligai rumah tangga.
Kami saling support satu sama lain untuk saling menguatkan dan saling menasihati, mudah2an persahabatan kami tetap abadi sampai nanti.
Keterangan foto :
- foto tertanggal 19 Juni 2011 adalah ketika Yuli menikahkan putra pertamanya di Jakarta
- foto yang culun2 itu adalah foto tahun 1979 an ketika kami sedang study tour ke Bali, kami sudah berempat saat itu
-foto reuni yang diselenggarakan di Batang tangg 22 April 2011
-foto reuni pertama di tawang Mangi 11 Juli 2010.

Batang 4 Januari 2012, jam 02.15.